Nyepi di Semarang

Mulai sibuk mengurus revisi ujian proposal tesis dengan 3 Dosenku.

Mulai sibuk mengurus surat izin penelitian tesis. Mengalami kesalahan, sehingga akhirnya 2 minggu lebih surat tersebut baru jadi.

Jogjakarta, 20 Maret 2015

Ke Semarang, karena kosku baru jadi menuju trans jogja-nya lebih jauh, tapi yang bikin enak ga perlu transit, namun berhubung karena armadanya mau ganti bis jadi tetap transit juga.

Sampai terminal Jombor, eh sudah ada bis Ramayana yang mau berangkat, ya udah langsung beli tiketnya. Harganya 45 ribu.

Beli arem-arem rasa tempe harganya 2.500. Di perjalanan beli tahu pong harganya 3000.

Sampai Banyumanik naik bis menuju Mangkang, biasalah ada pengamen. Diberi amplop kecil berisi tulisan, awalnya sudah saya tolak eh tetap ditaruh dipangkuan saya amplopnya. Lagunya pakai ngata-ngatain kalau tidak beri berarti pelit (intinya seperti itu). Argh.

Beaya dari Banyumanik ke Mangkang naik bis itu 10 ribu.

Kalau naik taksi lewat tol, beayanya 60 ribu.

Sampai juga depan Rumah Sakit Tugu, di dekatnya ada yang jual duku Palembang, harga dengan kualitas bagus 12 ribu.

Semarang, 21 Maret 2015

Pagi buta keluarga Jakarta pada datang. Asli mataku masih sangat mengantuk. Cuci muka dulu baru salaman.

Nitip mas Hang, karpet punya Bude.

Icip lumpia yang dibeli di Jakarta, katanya kurang enak. Tapi menurutku enak-enak aja.

Ngucapin ultah untuk mbak Ari. Naura dan Dinda ngasih hasil prakarya sendiri untuk bundanya.

Pagi harinya boleh milih kain, saya pilih kain Palembang. Terlihat mahal karena ada blink-blink emasnya.

Sekitar jam 11an keluarga Semarang yang lain pada berdatangan dan tamu-tamu yang lain. Kami pesta syukuran besar untuk ultah mbak Ari.

Makanannya banyak, jenisnya juga banyak. Alhamdulillah.

Makanannya banyak, jenisnya juga banyak. Alhamdulillah. Ini belum ada tempe gembus goreng dan rebus.

Yang ngambil porsi makan banyak hanya saya dan mas Jul.

Bude Eko khan bawa macam cemilan. Nah yang ada didepanku itu keripik singkong gitu, rasanya enak, ga keras.

Deretanku itu pada ngemil cemilan.

Mbak Desi bilang deretan ini ngemil terus, saya jawab soalnya posisinya memang paling dekat dengan cemilan dibanding deretan yang lain. 😛

Saat aku pindah tempat duduk. Mbak Hita ngemil keripik singkong sendirian dan posisinya hanya ngemil sendirian. Mbak Desi bilang wih tinggal segitu “cemilannya”. Mbak Hita jawab ini tadi Sari sama yang lain, langsung berhenti ngemil. Haha, saya tahu mbak Desi hanya bercanda.

Sesi selanjutnya foto-foto keluarga. Tidak kupajang ya karena kami ada yang tidak pakai kerudung, termasuk saya.

Tidur siang sampai sore karena kami kecapaian.

Sekitar jam 4 sore atau 5 sore. Naura buka pintu kamar. Tante, kami mau nyekar (ke makam bapak Naura yaitu kakak sepupu saya). Ikut? Oh iya ikut, langsung buru-buru shalat Ashar. Ternyata habis dari nyekar, langsung menuju ke Mall Paragon. Mbak Desi ga ikutan ke Mall Paragon.

Nyekar

Nyekar

Naura dan Dinda senang sekali saat beli es krim Häagen Dazs. Harganya 72 ribu, dan sepertinya belum termasuk pajak. Saya dan Alif beli satu sekup es krim aja. Awalnya milih raspberry (warna merah), pelayannya bilang kalau itu rasanya asam. Ganti rum raisin, pelayannya ngingetin kalau ada rum-nya (saya khan berhijab jadi mbak-nya tahu kalau makan rum berarti 40 hari shalatku ga bakal diterima). Ganti lagi, mbak Ari bilang suka green tea? Dalam hati kemarin dan pagi tadi saya makan kue satu kotak rasa green tea, masak green tea lagi. Bosan. Akhirnya milih rasa caramel. Sip, ga ada pembicaraan lagi oleh pelayannya. Hanya nanya mau pakai gelas atau “kojong”. Gelas aja.

Diantarlah itu es krim kami. Saling icip-icipan. Punya Alif pakai “kojong”. Punya Naura dan Dinda sudah habis. Punyaku masih setengah. Ntah kenapa rasanya sangat terlalu manis jadi bikin eneg, walaupun saya akui rasanya memang enak sekali. Belum pernah makan es krim seenak ini. Naura nanya Tante itu rasa es krimnya apa? Caramel. Naura mau? Mengangguk. Kuberikanlah gelasku. Ibu Naura senyum aja, Alif ngeledek Naura. Es krimnya langsung habis dengan cepat.

Selanjutnya ke Paparon pizza. Ntah kenapa dari awal masuk sudah kurasakan Naura tidak suka dengan alasan sudah kenyang. Naura hanya pesan kentang goreng.

Sesi pertama Dinda ngambek karena Mbak Ari tidak duduk disebelahnya. Pesanan datang berupa minuman dan kentang goreng, yang lain belum pada datang. Mbak Ari dan Alif makan kentang goreng, saya dan Dinda juga ikut makan sebatas mencoba. Saat Alif, Dinda, dan Naura main hape. Naura ngambek dan tiba-tiba nangis. Ibunya bingung. Tadi yang ngambek Dinda, sekarang Naura. Terus ibunya pura-pura ngambek, pulang. Naura tetap ngambek. Dinda mau cari Bunda. Alif bilang kalau ga ada dalam ruangan, kamu jangan keluar. Dinda balik lagi, Bunda ga ada. Setelah agak lama, Mbak Ari balik sambil pura-pura jitak kepala Naura.

Saya saranin, mbak coba pesan kentang goreng satu lagi. Saat pelayan datang, mbak Ari hampir lupa pesan. Mbak ga pesan kentang goreng? Oh iya pesan kentang goreng satu lagi.

Akhirnya kentang gorengnya datang, Naura mulai mau makan, termasuk makan lasagna punya Alif. Katanya ga lapar, kok habis juga (Alif ngeledek Naura).

Dinda minta beli mainan boneka, harganya 300 ribuan, ukuran sedang. Naura cerita kalau di Jakarta boneka kayak gitu harganya bisa 1 jutaan, kalau di sini masih 400 ribuan. Naura cerita kalau adik beli dengan harga 100 ribu, aku ga beli. Kalau adik beli harga 30 ribu, aku ikut beli. Kasihan Bunda.

Saya nanya ke Naura, Naura kenapa tadi nangis? Naura jawab masak aku disuruh makan rumputnya aja (jadi di kentang gorengnya itu ada sayuran sebagai hiasan). Haha terus saya bilang Mbak Ari, benar khan Naura nangis karena kentang gorengnya dihabisin.

Jemput Alif ke toko buku. Naura mau beli buku ga? Tante beliin tapi yang harganya 30 ribu. Tante mana ada buku harganya 30 ribu. Tiba-tiba Dinda bawa buku ke Naura dengan harga dibawah 30 ribu. Gimana mau beli ga? Tante belikan kalau harganya segitu. Naura balikin buku tersebut ke rak.

Pulang ke rumah. Ada mas Jul, Bagas, dan mbak Atik. Saya nyapa mbak Atik. Mbak Atik, eh Sari. Pangling.

Semarang, 22 Maret 2015

Pagi harinya makan siomay yang dibawa dari Jakarta. Ada bubur Manado. Saya baru tahu kalau bubur Manado itu mayoritas isinya adalah sayuran, bukan bubur. Akhirnya setelah mencoba makan bubur Manado, saya ambil nasi kuning kemarin dan bakso. Berhubung bakso memang salah satu makanan kesukaanku.

Beli oleh-oleh dulu.

Beli di sini

Beli di sini

Mencoba sarang madu. Harganya 28 ribu. Rasanya manis.

Mencoba sarang madu. Harganya 28 ribu. Rasanya manis.

Enting-enting rasa original dan coklat. Enak banget yang rasa coklat.

Enting-enting rasa original dan coklat. Enak banget yang rasa coklat.

Kain Palembang dan parfum yang diberi oleh Mbak Desi.

Kain Palembang dan parfum yang diberi oleh Mbak Desi.

Pulang bareng Alif naik JogloSemar ke Jogja. Nganterin Mbak Desi dan Mbak Ari sekeluarga ke bandara terlebih dahulu. Terus ke JogloSemar. JogloSemar dari Semarang ke Jogja beayanya habis 85 ribu per orang, dapat roti dan aqua ukuran mini.

Sampai Jogja naik ojek ke kos, beayanya 30 ribu. Awalnya 35 ribu, aku tawar 30 ribu.

27 Maret 2015

Mama ultah. Sehat-sehat terus ya Ma. Sari ingin diberi kesempatan sama Allah bisa ngebahagiain Mama dan Ayah.

Kue ultah Mama

Kue ultah Mama

2 pemikiran pada “Nyepi di Semarang

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam maka akan saya hapus. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu. Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.