Hidup Adalah Antrian Menuju Kematian (Hidup Abadi)

Yogyakarta, 4 Juni 2014

Malam harinya sekitar Magrib dapat sms dari ayah kalau Mas Johan meninggal mendadak kena serangan jantung. Kaget, bengong, dan shock. Padahal beberapa hari lalu mama minta nomer hape mbak Desi dan mas Johan.

Yang buat saya shock adalah hari Jumat sebelumnya saya bertemu dengan Bude Polla dan Mbak Desi (Ibu dan kakaknya Mas Johan).

Belum sepenuhnya pulih dari rasa kaget dan sedih (karena Mas Jo masih punya dua anak perempuan yang masih kecil. Anak pertama berusia 10 tahun. Anak kedua berusia 8 tahun. Kedua anaknya cantik-cantik).

Mbak Hita meneleponku (istri dari sepupu)

Mbak Hita : Sari sudah tahu beritanya?

Saya : Iya, mbak.

Mbak Hita : Ke Semarangnya besok pagi, kalau takut terlambat malam ini bareng Alif (keponakanku yang kuliah di UGM).

Saya : Saya hari Jum’at mbak ke Semarangnya. (Ayah nyuruh menemani)

Mbak Hita : Lha jenazahnya sampainya besok pagi jam 9 (Hari Kamis), dikuburnya juga Hari Kamis. (Meninggalnya Mas Jo di Jakarta, dan mencarter pesawat karena mau dimakamkan di Semarang).

Saya : Nanti saya tanyakan ke ayah dulu.

Langsung saya telepon Alif.

Saya : Alif kamu ke Semarangnya kapan?

Alif : Ini mau berangkat (dengan suara yang berat seperti habis nangis)

Saya : Oke. Ya udah. #Bingung mau ngomong apa.

Sms Bokap. Pa, Sari pergi ke Semarangnya apa malam ini aja. Tadi mbak Hita nelepon untuk ke Semarangnya sekarang bareng Alif.

Bokap : Bareng ayah aja, nemenin ayah, ayah sudah tua (usia ayah saya mau 68 tahun).

Saya : Oke. (Ada rasa nggak enak tidak hadir saat jenazah Mas Jo dimakamkan karena baik Bude Polla, Mbak Desi, dan Mas Johan adalah orang-orang yang sangat baik.)

Sms mbak Hita, mbak saya datangnya ke Semarang hari Jum’at disuruh nemenin ayah karena ayah sudah tua.

Mbak Hita : Ok.

Satu pemikiran pada “Hidup Adalah Antrian Menuju Kematian (Hidup Abadi)

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam maka akan saya hapus. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu. Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.