Energi Positif Versus Energi Negatif

Lanjut postingan kemarin ya, yang dari buku salah satu Doktor.

Energi negatif adalah energi yang memancarkan aura buruk dan gelap : kebencian, negativisme, rasialisme, pemaksaan kehendak, arogansi, iri hati, dengki, sikap tidak peduli dan fatalistis, malas, paranoia, feodalisme, ekslusivisme, ekstremisme, fitnah, KKN, apatis, pesimisme, dan lain sebagainya.

Sebaliknya, energi positif adalah energi yang memancarkan aura sehat dan terang : positivisme, optimisme, idealisme, menghargai pendapat orang, altruisme, good governance, gotong royong, politik santun, sikap moderat, sikap inklusif, humanisme, filantropi, egalitarianisme, sikap sportif, toleransi, harmoni dan lainnya.

Dalam pergaulan sehari-hari, kita biasa melihat kedua energi ini, di kantor,di sekolah, di masyarakat : ada jenis orang yang selalu menjelek-jelekkan orang, tidak bisa melihat orang lain maju, selalu menggerutu, selalu pesimis. Dan ada jenis orang yang selalu positif, selalu optimis, selalu membantu orang dan selalu ingin berbuat baik. Kalau bertemu orang jenis pertama, anda lebih baik menjauh karena energi buruk itu bisa menular ke orang lain. Sebaliknya, kalau bertemu dengan orang jenis kedua, jadikanlah ia sahabat atau mentor agar sifat-sifatnya bisa menempel pada anda.

Tugas utama pemimpin adalah untuk menyebarkan energi positif, dalam skala yang jauh melebihi energi negatif orang lain.

Cerita dibuku ini inti isinya hampir sama dengan drakula emosi dari buku ON karya Jamil Azzaini.

Intinya memilih teman yang baik, dan jauhi teman yang buruk. Karena bisa menular perilakunya.

Seandainya saja aku sudah baca kedua buku ini sebelum aku menginjakkan kaki di bangku kuliah S2.

 

2 pemikiran pada “Energi Positif Versus Energi Negatif

Tinggalkan Balasan ke akbar ilyas Batalkan balasan